RANGKUMAN
BUKU
Frittjof
Capra,
TITIK BALIK
PERADABAN , Sains, Masyarakat dan Kebangkitan Kebudayaan, (terjemahan: M.
Thoyibi), Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta, 1998
BAGIAN PENDAHULUAN
Secara garis
besar ada empat hal pokok yang dikemukakan Capra pada bagian pendahuluan ini,
yaitu: Latar belakang perkembangan pribadinya berkaitan dengan obsesi yang
kemudian terrepleksi pada buku ini; Tesis dasar yang melandasi penulisan buku;
Tujuan penulisan buku; dan Sistimatika pembahasan buku.
Pertama: Kehidupan personal Capra mengalami
perubahan yang menentukan karena dua trend revolusioner tahun 60-an. Persoalan
pertama berlangsung pada tataran sosial dan yang kedua pada ranah spiritual.
Persoalan kedua melahirkan bukunya yang pertama The Tao of Physics;
sedangkan persoalan pertama berkaitan dengan perubahan konseptual dalam fisika
modern dihubungkan dengan implikasinya pada aspek sosial; melahirkan buku ini: The
Turning Point.
Kedua: buku ini didasarkan pada tesis bahwa
masyarakat sekarang sedang mengalami krisis; krisis global, yang secara
essensial merupakan krisis persepsi. Krisis tersebut terjadi atau disebabkan
karena adanya konsep baru dalam fisika yang mempengaruhi perubahan mendasar
pandangan dunia yang mekanistis dari Descartes dan Newton, kepada pandangan
holistik dan ekologis, dimana fenomena-fenomena biologis, fisik, sosial, maupun
lingkungan saling ketergantungan. Karena tesis dasar tersebut, maka diperlukan “paradigma”
baru tentang realitas, dari konsepsi mekanistis kepada konsepsi tentang
realitas yang holistik.
Ketiga: Tujuan buku ini menurut Capra untuk
menyediakan kerangka kerja konseptual koheren yang akan membantu para pemikir/
penggerak gerakan sosial pergeseran paradigma; yang selama ini sudah nampak
menuju kearah yang sama, namun kebanyakan masih berjalan sendiri-sendiri dan
belum menyadari bahwa tujuan mereka saling terkait. Padahal -menurutnya- jika
gerakan tersebut dapat mengalir bersama, akan merupakan kekuatan yang dahsyat,
yang akan melahirkan sebuah transformasi, dan merupakan titik balik bagi dunia
secara keseluruhan.
Keempat: Capra membagi pembahasan mengenai
paradigma dalam buku ini menjadi empat kelompok: a) tema-tema pokok; b)
perkembangan historis paradigma Cartesian -Newtonian; c) pengaruh pemikiran
Cartesian-Newtonian dalam biologi, kedokteran, psikologi dan ekonomi; dan
kritik terhadapnya; d) visi realitas baru. Keempat bagian kelompok tersebut
diurai dalam rangkaian kesatuan yang utuh, yang menurutnya: cara dimana segala
sesuatu dapat diintergrasikan kedalam suatu kesatuan yang utuh lebih penting
ketimbang bagian-bagian itu sendiri.
Rangkuman Bab I
KRISIS DAN TRANSFORMASI
( 1: Gelombang yang Berbalik)
Hakikat Krisis
Dua dasawarsa
terakhir abad kedua puluh dunia berada dalam suatu krisis global yang serius.
Krisis tersebut bersifat komplek dan multidimensional. Segi seginya meliputi
aspek kehidupan kesehatan, mata pencaharian, kualitas lingkungan, hubungan
sosial, ekonomi, teknologi, dan politik. Dimensinya meliputi dimensi
intelektual, moral, maupun spiritual.
Krisis ekonomi, jika dibagi rangkapnya, meliputi
krisis energi, inflasi, dan pengangguran; pemecahannya akan bingung mengenai
prioritasnya, karena pada hakekatnya dinamika yang menyebabkan ketiga aspek
tersebut adalah sama. Pada hakikatnya krisis tersebut adalah krisis tunggal.
(hal. 9) Persoalan ini merupakan persoalan sistemik, yang saling berhubungan
dan saling tergantung.
Perspektif; Pendekatan, untuk memahami Krisis
Capra
menggunakan sudut pandang evolusi budaya manusia untuk memahami krisis budaya
yang multisegi. Dari perspektif tersebut, krisis dipandang sebagai suatu aspek Transformasi.
Transformasi seperti itu menurutnya memiliki ciri siklus yang tetap,
seperti: proses kejadian; pertumbuhan; keruntuhan; dan disintegrasi. (hal.12).
Capra meminjam
pola dari berbagai tokoh untuk memahami persoalan krisis dan transformasi ini;
diantaranya dari Arnold Toynbee yang berpendapat bahwa suatu peradaban itu terdiri atas suatu
transisi, dari kondisi statis ke
aktivitas dinamis. Menurut Toynbee pola dasar
dalam terjadinya peradaban itu merupakan suatu pola interaksi yang
disebut dengan “Tantangan dan Tanggapan”
. Tantangan dari
lingkungan alam dan sosial memancing tanggapan kreatif dalam suatu
masyarakat atau kelompok sosial, yang mendorong masyarakat itu memasuki proses
peradaban.
Irama berulang
dalam pertumbuhan budaya ini nampak terkait dalam proses-proses fluktuasi yang
telah lama berabad-abad diamati orang
dan dianggap sebagai bagian dari
dinamika pokok alam semesta. Dalam kajian persoalan ini Capra menggunakan
istilah dari I Ching yaitu dinamika yin dan yang, selain
istilah yang senada dengan itu filosofinya.
Dengan
mendasarkan kepada Toynbee Capra melihat bahwa suatu elemen penting dalam
keruntuhan budaya adalah hilangnya fleksibilitas.
Dalam pandangan
Toynbee seperti di atas ada tiga aspek penyebab terjadinya transisi yaitu: a) runtuhnya sistem
patriarkhal; b) runtuhnya zaman bahan bakar fosil; c) perubahan paradigma.
Untuk memahami
perubahan nilai, Capra meminjam peta dari Pitirim Sorokin, yang membaginya
menjadi: Inderawi; Ideasional, dan Idealistik. (hal 18).
Model dinamika
budaya yang digunakan Capra untuk membicarakan transformasi sebagian besar
didasarkan kepada: a) pemikiran Toynbee tentang timbul tenggelamnya
peradaban; b) analisis Sorokin tentang fluktuasi sistem nilai; dan c)
gambaran I Ching tentang ideal transisi budaya harmonis.
Sikap terhadap Krisis dan Transformasi
serta Pendekatannya
Dengan
menggunakan analisis Sorokin, Capra menyimpulkan bahwa krisis yang dihadapi
sekarang bukanlah krisis biasa, melainkan suatu fase transisi besar sebagaimana
terjadi pada siklus-siklus sejarah manusia sebelumnya. (hal 20).
Oleh sebab itu,
menurutnya, transformasi budaya sebesar dan sedalam ini tidak dapat dicegah.
Transformasi ini tidak dapat dilawan, tetapi sebaliknya harus disambut sebagai
satu-satunya pelarian dari penderitaan, kehancuran dan kebekuan.
Bagaimana cara
menyambut krisis dan transformasi budaya semacam ini? Capra melihat bahwa
terdapat perbedaan mendasar antara pendekatan rasional dan pendekatan intuitif.
Pendekatan rasional cenderung terpotong-potong, linier, terfocus dan analitis;
sedangkan pengetahuan intuitif cenderung bersifat terpadu, holistik dan non
linier.
Pendekatan
rasional menurut Capra sama dengan Yang dalam istilah I Ching; yang lebih melahirkan aktivitas
yang terpusat pada diri; sedangkan pendekatan intuitif lebih mendekati Yin,
yang merupakan kearifan intuitif dan dasar bagi aktivitas ekologis. Menurutnya
kerangka penjelajahan nilai-nilai budaya tersebut haruslah didasarkan pada
terminologi yin-yang,, yang
sangat bermanfaat dalam analisis keseimbangan kultural dan memakai pandangan
ekologis yang luas.
Pandangan Marxis
yang menggunakan pendekatan konflik tidak dipakai; melainkan pandangan I Ching yang menyarankan harmoni; menurutnya konflik
harus dibuat sekecil mungkin pada saat transisi sosial terjadi (hal.24.).
Akhirnya, Capra
menyarankan, pada akhir bagian ini, bahwa para ilmuwan harus melakukan revisi
radikal terhadap banyak konsep dasar tentang realitas. Ilmuwan harus terpaksa
keluar dari pendekatan mekanistik reduksionis; dan mengembangkan
pandangan ekologis dan holistik. Para ilmuwan tidak perlu takut
disebut tidak ilmiah karena mengambil kerangka holistik, karena menurut Capra
Fisika modern bisa menunjukkan pada mereka bahwa kerangka semacam itu tidak
hanya ilmiah, tetapi sesuai dengan teori-teori ilmiah yang paling maju tentang
realitas fisik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar