Rabu, 19 Desember 2012

TITIK BALIK PERADABAN

RANGKUMAN BUKU
Frittjof Capra,
 TITIK BALIK PERADABAN , Sains, Masyarakat dan Kebangkitan Kebudayaan, (terjemahan: M. Thoyibi), Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta, 1998

BAGIAN PENDAHULUAN

Secara garis besar ada empat hal pokok yang dikemukakan Capra pada bagian pendahuluan ini, yaitu: Latar belakang perkembangan pribadinya berkaitan dengan obsesi yang kemudian terrepleksi pada buku ini; Tesis dasar yang melandasi penulisan buku; Tujuan penulisan buku; dan Sistimatika pembahasan buku.
Pertama: Kehidupan personal Capra mengalami perubahan yang menentukan karena dua trend revolusioner tahun 60-an. Persoalan pertama berlangsung pada tataran sosial dan yang kedua pada ranah spiritual. Persoalan kedua melahirkan bukunya yang pertama The Tao of Physics; sedangkan persoalan pertama berkaitan dengan perubahan konseptual dalam fisika modern dihubungkan dengan implikasinya pada aspek sosial; melahirkan buku ini: The Turning Point.
Kedua: buku ini didasarkan pada tesis bahwa masyarakat sekarang sedang mengalami krisis; krisis global, yang secara essensial merupakan krisis persepsi. Krisis tersebut terjadi atau disebabkan karena adanya konsep baru dalam fisika yang mempengaruhi perubahan mendasar pandangan dunia yang mekanistis dari Descartes dan Newton, kepada pandangan holistik dan ekologis, dimana fenomena-fenomena biologis, fisik, sosial, maupun lingkungan saling ketergantungan. Karena tesis dasar tersebut, maka diperlukan paradigma baru tentang realitas, dari konsepsi mekanistis kepada konsepsi tentang realitas yang holistik.
Ketiga: Tujuan buku ini menurut Capra untuk menyediakan kerangka kerja konseptual koheren yang akan membantu para pemikir/ penggerak gerakan sosial pergeseran paradigma; yang selama ini sudah nampak menuju kearah yang sama, namun kebanyakan masih berjalan sendiri-sendiri dan belum menyadari bahwa tujuan mereka saling terkait. Padahal -menurutnya- jika gerakan tersebut dapat mengalir bersama, akan merupakan kekuatan yang dahsyat, yang akan melahirkan sebuah transformasi, dan merupakan titik balik bagi dunia secara keseluruhan.
Keempat: Capra membagi pembahasan mengenai paradigma dalam buku ini menjadi empat kelompok: a) tema-tema pokok; b) perkembangan historis paradigma Cartesian -Newtonian; c) pengaruh pemikiran Cartesian-Newtonian dalam biologi, kedokteran, psikologi dan ekonomi; dan kritik terhadapnya; d) visi realitas baru. Keempat bagian kelompok tersebut diurai dalam rangkaian kesatuan yang utuh, yang menurutnya: cara dimana segala sesuatu dapat diintergrasikan kedalam suatu kesatuan yang utuh lebih penting ketimbang bagian-bagian itu sendiri.






Rangkuman Bab I
KRISIS DAN TRANSFORMASI
( 1: Gelombang yang Berbalik)
Hakikat Krisis
Dua dasawarsa terakhir abad kedua puluh dunia berada dalam suatu krisis global yang serius. Krisis tersebut bersifat komplek dan multidimensional. Segi seginya meliputi aspek kehidupan kesehatan, mata pencaharian, kualitas lingkungan, hubungan sosial, ekonomi, teknologi, dan politik. Dimensinya meliputi dimensi intelektual, moral, maupun spiritual.
Krisis ekonomi, jika dibagi rangkapnya, meliputi krisis energi, inflasi, dan pengangguran; pemecahannya akan bingung mengenai prioritasnya, karena pada hakekatnya dinamika yang menyebabkan ketiga aspek tersebut adalah sama. Pada hakikatnya krisis tersebut adalah krisis tunggal. (hal. 9) Persoalan ini merupakan persoalan sistemik, yang saling berhubungan dan saling tergantung.
Perspektif; Pendekatan, untuk memahami Krisis
Capra menggunakan sudut pandang evolusi budaya manusia untuk memahami krisis budaya yang multisegi. Dari perspektif tersebut, krisis dipandang sebagai suatu aspek Transformasi. Transformasi seperti itu menurutnya memiliki ciri siklus yang tetap, seperti: proses kejadian; pertumbuhan; keruntuhan; dan disintegrasi. (hal.12).
Capra meminjam pola dari berbagai tokoh untuk memahami persoalan krisis dan transformasi ini; diantaranya dari Arnold Toynbee yang berpendapat bahwa  suatu peradaban itu terdiri atas suatu transisi,  dari kondisi statis ke aktivitas dinamis. Menurut Toynbee pola dasar  dalam terjadinya peradaban itu merupakan suatu pola interaksi yang disebut dengan Tantangan dan Tanggapan . Tantangan dari lingkungan alam dan sosial memancing tanggapan kreatif dalam suatu masyarakat atau kelompok sosial, yang mendorong masyarakat itu memasuki proses peradaban.
Irama berulang dalam pertumbuhan budaya ini nampak terkait dalam proses-proses fluktuasi yang telah lama  berabad-abad diamati orang dan  dianggap sebagai bagian dari dinamika pokok alam semesta. Dalam kajian persoalan ini Capra menggunakan istilah dari I Ching yaitu dinamika yin dan yang, selain istilah yang senada dengan itu filosofinya.
Dengan mendasarkan kepada Toynbee Capra melihat bahwa suatu elemen penting dalam keruntuhan budaya adalah hilangnya fleksibilitas.
Dalam pandangan Toynbee seperti di atas ada tiga aspek penyebab terjadinya  transisi yaitu: a) runtuhnya sistem patriarkhal; b) runtuhnya zaman bahan bakar fosil; c) perubahan paradigma.
Untuk memahami perubahan nilai, Capra meminjam peta dari Pitirim Sorokin, yang membaginya menjadi: Inderawi; Ideasional, dan Idealistik. (hal 18).
Model dinamika budaya yang digunakan Capra untuk membicarakan transformasi sebagian besar didasarkan kepada: a) pemikiran Toynbee tentang timbul tenggelamnya peradaban; b) analisis Sorokin tentang fluktuasi sistem nilai; dan c) gambaran I Ching tentang ideal transisi budaya harmonis.
Sikap terhadap Krisis dan Transformasi serta Pendekatannya
Dengan menggunakan analisis Sorokin, Capra menyimpulkan bahwa krisis yang dihadapi sekarang bukanlah krisis biasa, melainkan suatu fase transisi besar sebagaimana terjadi pada siklus-siklus sejarah manusia sebelumnya. (hal 20).
Oleh sebab itu, menurutnya, transformasi budaya sebesar dan sedalam ini tidak dapat dicegah. Transformasi ini tidak dapat dilawan, tetapi sebaliknya harus disambut sebagai satu-satunya pelarian dari penderitaan, kehancuran dan kebekuan.
Bagaimana cara menyambut krisis dan transformasi budaya semacam ini? Capra melihat bahwa terdapat perbedaan mendasar antara pendekatan rasional dan pendekatan intuitif. Pendekatan rasional cenderung terpotong-potong, linier, terfocus dan analitis; sedangkan pengetahuan intuitif cenderung bersifat terpadu, holistik dan non linier.
Pendekatan rasional menurut Capra sama dengan Yang  dalam istilah I  Ching; yang lebih melahirkan aktivitas yang terpusat pada diri; sedangkan pendekatan intuitif lebih mendekati Yin, yang merupakan kearifan intuitif dan dasar bagi aktivitas ekologis. Menurutnya kerangka penjelajahan nilai-nilai budaya tersebut haruslah didasarkan pada terminologi  yin-yang,, yang sangat bermanfaat dalam analisis keseimbangan kultural dan memakai pandangan ekologis yang luas.
Pandangan Marxis yang menggunakan pendekatan konflik tidak dipakai; melainkan pandangan  I Ching  yang menyarankan harmoni; menurutnya konflik harus dibuat sekecil mungkin pada saat transisi sosial terjadi (hal.24.).
Akhirnya, Capra menyarankan, pada akhir bagian ini, bahwa para ilmuwan harus melakukan revisi radikal terhadap banyak konsep dasar tentang realitas. Ilmuwan harus terpaksa keluar dari pendekatan mekanistik reduksionis; dan mengembangkan pandangan ekologis dan holistik. Para ilmuwan tidak perlu takut disebut tidak ilmiah karena mengambil kerangka holistik, karena menurut Capra Fisika modern bisa menunjukkan pada mereka bahwa kerangka semacam itu tidak hanya ilmiah, tetapi sesuai dengan teori-teori ilmiah yang paling maju tentang realitas fisik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar